Sebuah pertunjukan cahaya dengan drone diadakan untuk merayakan ulang tahun ke-45 kawasan ekonomi khusus Shenzen di Shenzen, Provinsi Guangdong, China selatan, pada 26 Agustus 2025. (ANTARA/Xinhua/Mao Siqian)
Shenzen (ANTARA) – Klaster inovasi Shenzhen-Hong Kong-Guangzhou di Kawasan Teluk Besar (Greater Bay Area/GBA) Guangdong-Hong Kong-Makau menduduki peringkat teratas dalam Indeks Inovasi Global 2025 Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization/WIPO), menyalip klaster Tokyo-Yokohama di Jepang dan untuk pertama kalinya meraih posisi pertama.
Sejak 2020, klaster inovasi Shenzhen-Hong Kong-Guangzhou konsisten menduduki peringkat kedua secara global. Peningkatan posisinya ke peringkat pertama menggarisbawahi kemampuan inovasi yang dinamis di kawasan tersebut dan sinergi kolaboratif yang kuat di dalam GBA.
Proses pemeringkatan klaster inovasi 2025 mencakup sebuah indikator inti baru, yaitu volume transaksi modal ventura, di samping indikator-indikator yang sudah ada, seperti jumlah pengajuan paten internasional berdasarkan Perjanjian Kerja Sama Paten (Patent Cooperation Treaty/PCT) dan jumlah makalah yang diterbitkan oleh masing-masing klaster dalam jurnal Science Citation Index Expanded (SCIE).
Menyoroti pentingnya klaster inovasi, Direktur Jenderal WIPO Daren Tang mengatakan bahwa klaster inovasi berfungsi sebagai pilar yang kuat dalam ekosistem inovasi nasional, yang membantu mengonsolidasikan dan memperkuat perjalanan dari ide ke pasar.
Tang menambahkan bahwa masuknya aktivitas modal ventura dalam penilaian tahun ini telah memberikan perspektif baru terhadap kekuatan inovasi. Hasil terbaru ini menyoroti klaster-klaster mana saya yang mampu mengubah riset ilmiah menjadi manfaat ekonomi nyata.
Di GBA, kekayaan intelektual (intellectual property/IP) dianggap bukan sebagai tujuan akhir dari inovasi, melainkan sebagai titik awal untuk penerapan di pasar. Sebagai contoh, Institut Teknologi Maju Shenzhen (Shenzhen Institute of Advanced Technology/SIAT) di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China menghasilkan rata-rata 4,7 paten per hari dalam lima tahun terakhir, dengan 1,3 paten yang ditransfer setiap harinya.
Presiden SIAT Liu Chenli menekankan bahwa nilai IP terletak pada transformasi pasarnya. Institut itu berfokus pada proyek-proyek penelitian dan pengembangan (litbang) utama, makalah akademis tingkat tinggi, dan paten berkualitas tinggi, berkolaborasi dengan institusi-institusi seperti Bursa Efek Shenzhen dan pusat transfer teknologi universitas untuk menyelaraskannya dengan kebutuhan industri. Ekosistem inovasi Shenzhen yang kuat tercermin dari besarnya investasi litbang yang mencapai 223,66 miliar yuan (1 yuan = Rp2.299) pada 2024, setara dengan 6,46 persen dari produk domestik bruto (PDB) kota tersebut.
Sebagian besar investasi itu, yakni 93,3 persen, berasal dari perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar seperti Huawei, BYD, dan Tencent berperan penting dalam mendorong inovasi dan peningkatan output paten, sekaligus mendukung pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil.
Data dari administrasi pengawasan pasar Provinsi Guangdong mengungkapkan bahwa pada 2024, lebih dari 170 universitas dan institusi penelitian di Guangdong memegang 99.200 paten, dengan transfer paten dan lisensi masing-masing melampaui 141.000 dan 19.000 penerapan.
Transformasi IP menjadi aset berwujud difasilitasi oleh inovasi institusional dalam GBA. Peluncuran sebuah platform transfer IP internasional di Shenzhen pada Desember lalu telah semakin mempercepat transaksi IP lintas perbatasan, dengan 121 paten bernilai tinggi yang telah mencapai kesepakatan untuk bertransaksi dan 30 transaksi yang telah diselesaikan.
Shenzhen juga proaktif dalam memandu patient capital atau modal investasi jangka panjang yang tidak menuntut keuntungan cepat, menuju investasi teknologi keras (hard-tech) tahap awal dan jangka panjang.
"Shenzhen secara aktif mengembangkan pembiayaan teknologi, setelah membentuk dana panduan industri di tingkat 100 miliar yuan, angel mother funds di tingkat 10 miliar yuan, dan dana awal (seed fund) iptek senilai 2 miliar yuan untuk membangun sebuah sistem layanan keuangan yang mencakup keseluruhan siklus inovasi," kata Kepala biro inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) Shenzhen Zhang Lin. Seorang peneliti ekonomi di Akademi Ilmu Sosial Guangdong Ding Li menilai pemeringkatan terbaru itu menunjukkan bahwa GBA, yang diwakili oleh klaster Shenzhen-Hong Kong-Guangzhou, menggeser mesin pengembangannya ke arah 'dividen insinyur', yang berpusat pada sumber daya manusia berkualitas tinggi.
"Akumulasi sumber daya manusia berkualitas tinggi dan berskala besar, dikombinasikan dengan sebuah ekosistem inovasi korporat yang efektif, menghasilkan momentum inovasi dan nilai ekonomi yang signifikan," kata Ding Li.
Pewarta: XinhuaEditor: Natisha Andarningtyas Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.